Senin, 09 Maret 2020

Materi 3 Pelatihan Menulis Online : Menulis adalah Bela Diri

Tema : Menulis adalah Bela Diri
Narasumber : Dadang Nurullah Koswara

Pada pelatihan menulis online yang ke-3 ini yang menjadi narasumbernya adalah Pak Dudung Nurullah Koswara yang dalam nama di profil WA nya beliau singkat mejadi DNK. Pak Dudung merupakan seorang guru yang aktif dalam menulis. Terbukti dari beberapa catatan beliau baik di media online maupun beberapa media cetak.

Tema malam ini adalah “Menulis adalah bela diri”. Bela diri disini bukan berarti kegiatan yang melibatkan fisik seperti seperti pencak silat, karate atau seni bela diri lainnya. Bela diri disini menurut Pak dudung adalah bagaimana cara kita membalas sebuah kritikan atau masalah mengenai sesuatu hal melalui tulisan. Beliau juga menyampaikan tiga alasan mengapa harus menulis.


Pertama menulis itu mengalirkan perspektif kita tentang sesuatu.  Mengasah artikulasi tentang suatu hal.  Menulis tidak harus baik namun setidaknya kita dapat melihat sejauh mana kebodohan bahkan potensi kita dalam menulis.  Narasi yang kita  tulis adalah cermin literatif kita.

Kedua menulis itu bisa menjadi ekspresi perlawanan kita tentang sesuatu yang menurut kita tak adil atau ada ketidakadilan.  Penulis adalah ksatria pembela kebenaran,  pedangnya adalah pena atau jari kita.

Ketiga menulis itu narcis literatif. Kalau kita hanya selfie selfie saja semua orang juga bisa.  Anak SD juga ahli, namun menulis itu sangat seksi,  mengapa?  Karena menulis itu hal yang gampang tapi dianggap sulit. Ini anggapan sesat yang menyebabkan ribuan orang tak menulis. 

Sesuai dengan tema yang sedang dibahas, Pak Dudung pernah melakukan pembelaan melalui tulisan terhadap tiga guru yang kepalanya digunduli terkait peristiwa “susur sungai” di SMPN 1 Turi Sleman yang menelan beberapa korban jiwa. Tulisan beliau dimuat di sebuah media cetak nasional. Menurut beliau dalam “pembelaannya”, tindakan yang dilakukan terhadap ketiga guru tersebut sangatlah tidak manusiawi. Guru tidak bisa disamakan dengan begal motor. Walaupun jika benar ketiga guru tersebut terbukti melakukan kelalaian, tapi tidak sepantasnya mereka diperlakukan seperti begal motor. Karena bagaimanapun profesi guru adalah profesi terhormat. Sehingga harus ada cara-cara yang lebih bermartabat ketika melakukan penanganan terhadap guru yang bermasalah.

Beliau mengaku tahu betul jika opini yang beliau tulis akan mendapat hujatan oleh ratusan pembela keluarga korban. Tapi beliau siap untuk menerima risiko tersebut. Menurut beliau kehormatan guru merupakan sebuah prioritas. Tulisan mengenai pembelaan terhadap ketiga guru tersebut beliau sebut dengan literasi pembelaan.

Menurut beliau kita sebagai penulis tidak perlu khawatir dengan pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan tulisan yang kita buat selama tulisan tersebut tidak SARA dan menghina personal plus data lengkap,  maju terus pantang tidur.

Jadi menulislah untuk membela diri atau membuktikan hal-hal yang kita anggap tidak adil selama tulisan yang kita buat tidak bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku. Begitu juga sebaliknya jika ada sebuah tulisan yang berisi kritikan terhadap kita, maka balaslah melalui sebuah tulisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berlibur Ke Pantai Jetis

Oleh :  Adinda Chintya Ariyanto Kelas : 6A SDN Harapan Mulia 03 Pada hari Kamis tepat saat libur sekolah, aku dan keluargaku be...