Tema : Menulis adalah Bela Diri
Narasumber : Dadang Nurullah Koswara
Pada pelatihan menulis online yang ke-3 ini yang menjadi narasumbernya
adalah Pak Dudung Nurullah Koswara yang dalam nama di profil WA nya beliau
singkat mejadi DNK. Pak Dudung merupakan seorang guru yang aktif dalam menulis.
Terbukti dari beberapa catatan beliau baik di media online maupun beberapa
media cetak.
Tema malam ini adalah “Menulis adalah bela diri”. Bela diri disini
bukan berarti kegiatan yang melibatkan fisik seperti seperti pencak silat,
karate atau seni bela diri lainnya. Bela diri disini menurut Pak dudung adalah
bagaimana cara kita membalas sebuah kritikan atau masalah mengenai sesuatu hal
melalui tulisan. Beliau juga menyampaikan tiga alasan mengapa harus menulis.
Pertama menulis itu mengalirkan perspektif kita tentang sesuatu. Mengasah artikulasi tentang suatu hal. Menulis tidak harus baik namun setidaknya
kita dapat melihat sejauh mana kebodohan bahkan potensi kita dalam
menulis. Narasi yang kita tulis adalah cermin literatif kita.
Kedua menulis itu bisa menjadi ekspresi perlawanan kita tentang
sesuatu yang menurut kita tak adil atau ada ketidakadilan. Penulis adalah ksatria pembela
kebenaran, pedangnya adalah pena atau
jari kita.
Ketiga menulis itu narcis literatif. Kalau kita hanya selfie selfie
saja semua orang juga bisa. Anak SD juga
ahli, namun menulis itu sangat seksi,
mengapa? Karena menulis itu hal
yang gampang tapi dianggap sulit. Ini anggapan sesat yang menyebabkan ribuan
orang tak menulis.
Sesuai dengan tema yang sedang dibahas, Pak Dudung pernah melakukan
pembelaan melalui tulisan terhadap tiga guru yang kepalanya digunduli terkait
peristiwa “susur sungai” di SMPN 1 Turi Sleman yang menelan beberapa korban
jiwa. Tulisan beliau dimuat di sebuah media cetak nasional. Menurut beliau dalam
“pembelaannya”, tindakan yang dilakukan terhadap ketiga guru tersebut sangatlah
tidak manusiawi. Guru tidak bisa disamakan dengan begal motor. Walaupun jika
benar ketiga guru tersebut terbukti melakukan kelalaian, tapi tidak sepantasnya
mereka diperlakukan seperti begal motor. Karena bagaimanapun profesi guru
adalah profesi terhormat. Sehingga harus ada cara-cara yang lebih bermartabat
ketika melakukan penanganan terhadap guru yang bermasalah.
Beliau mengaku tahu betul jika opini yang beliau tulis akan mendapat
hujatan oleh ratusan pembela keluarga korban. Tapi beliau siap untuk menerima
risiko tersebut. Menurut beliau kehormatan guru merupakan sebuah prioritas.
Tulisan mengenai pembelaan terhadap ketiga guru tersebut beliau sebut dengan
literasi pembelaan.
Menurut beliau kita sebagai penulis tidak perlu khawatir dengan
pihak-pihak yang merasa tersinggung dengan tulisan yang kita buat selama
tulisan tersebut tidak SARA dan menghina personal plus data lengkap, maju terus pantang tidur.
Jadi menulislah untuk membela diri atau membuktikan hal-hal yang kita
anggap tidak adil selama tulisan yang kita buat tidak bertentangan dengan
aturan hukum yang berlaku. Begitu juga sebaliknya jika ada sebuah tulisan yang
berisi kritikan terhadap kita, maka balaslah melalui sebuah tulisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar