Tugas 13 Pelatihan Menulis Online KSGN
Tema : Belajar Menulis 450 Buku Dari Bu Emi Sudarwati
Narasumber : Emi Sudarwati
Pertemuan ke-13 pelatihan menulis online kali ini yang menjadi narasumber adalah Ibu Emi Sudarwati. Beliau adalah pemenang pertama lomba inobel 2016 bidang sorak kemdikbud. Bukunya sangat banyak sekali. Beliau merupakan guru Bahasa Jawa SMPN 1 Baureno Bojonegoro, Jawa Timur. Pegiat Literasi Guru dan Siswa Indonesia. Lebih dari 450 buku ber-ISBN ada nama beliau di dalamnya.
Dari pengalaman hidup yang beliau bagikan kepada para peserta, saya pribadi sangat kagum dengan beliau. Bagaimana tidak, 450 bulu telah berhasil beliau terbitkan. Kisah ini juga yang menjadi inspirasi bagi saya untuk dapat menulis buku dan mengajak para siswa untuk menulis dan menerbitkan karya tulis siswa dalam bentuk buku. Berikut rangkuman kisah mengenai dunia tulis menulis yang Bu Emi bagikan semalam.
Pada tahun 2013, beliau bergabung dengan sebuah kelompok penulis di Bojonegoro. Namanya PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi Bojonegoro). Di sana beliau banyak berjumpa dan berkenalan dengan penulis-penulis senior. Seperti : JFX. Hoery (Padangan-Bojonegoro), Sunaryata Soemardjo (Ngimbang-Lamongan), Nono Warnono (Gajah Indah-Bojonegoro), Gampang Prawoto (Sumberrejo-Bojonegoro), Sri Setyo Rahayu (Surabaya), almarhum Anas AG (Pemred Radar Bojonegoro-waktu itu), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dari orang-orang hebat di dunia tulis-menulis itu, akhirnya beliau mendapatkan pencerahan. Bahwa karya siswa yang sudah terkumpul bisa diterbitkan dengan ISBN (Internsional Standart Book Nomber).
Pada awal tahun 2014 ini terbitlah Kumpulan Cerkak karya Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1 Baureno dengan judul buku LUNG.
Pada penghujung tahun 2014. Kembali bekerja sama dengan PSJB, beliau menerbitkan buku karya Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1 Baureno. Tidak berhenti sampai di situ. Karya-karya ini juga mendapat sambutan baik dari kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, bahkan bupati Bojonegoro saat itu. Sampai-sampai beliau dan siswa didatangi oleh salah satu wartawan radar Bojonegoro untuk wawancara. Alhasil, besuknya tayang di surat kabar harian radar Bojonegoro yang sangat terkenal itu. Dari sana, semua penasaran dengan buku karya siswa tersebut. Sehingga Toko Buku Nusantara Bojonegoro banyak diserbu pembeli buku. Semua ingin membaca dan belajar menulis, serta menerbitkan buku.
Buku karya Emi Sudarwati dan siswa SMPN 1 Baureno menjadi inspirasi bagi banyak sekolah. Bukan hanya di Bojonegoro, namun juga di Kabupaten lain. Sehingga sering diwawancara wartawan berbagai media, baik cetak maupun on line. Akhirnya bisa tampil di berbagai media tanpa harus membayar sepeserpun.
Pada tahun 2015 ini, beliau ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional. Awalnya ada rasa tidak percaya diri. Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku kepala sekolah waktu itu tidak henti memberikan semangat dan motivasi. Akhirnya beliau mengirimkan karya inovasi, meskipun dengan setengah hati. Namun tidak disangka, ternyata dapat panggilan sebagai finalis inobelnas. Bersama 102 guru dari seluruh Indonesia, beliau diundang ke Jakarta untuk presentasi. Ternyata bukan hanya presentasi, tetapi ada ujian tulis juga. Seusai lomba, seluruh finalis diajak berwisata di Dufan. Meskipun belum mendapat juara, namun beliau sudah cukup bangga, bisa belajar bersama guru-guru hebat dari seluruh tanah air.
Pada tahun 2016, beliau ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro. Sebenarnya saat itu sudah untuk yang ke dua kalinya. Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya beliau ditugaskan lagi. Ternyata tidak sia-sia. Karena bisa menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta. Pada tahun yang sama, beliau kembali mengirimkan karya inobel. Kali ini bukan atas inisiatif bapak kepala sekolah, tetapi keinginan beliau sendiri. Karena pengalaman tahun 2015 lalu begitu menginspirasi. Kali ini bukan karya baru. Namun karya lama yang diedit, dengan tambahan sesuai yang diberikan oleh dewan juri. Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Paska menyandang predikat juara I inobelnas, beliau belum boleh lagi mengikuti lomba yang sama. Tentu dalam waktu yang belum bisa diprediksi. Oleh karena itu, beliau tidak ingin kesepian. Lalu mengajak teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku. Beliau menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif.
Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah. Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif, berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku patungan. Namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).
Pada tahun 2018 ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif. Karena sejak tahun 2018 ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah. Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI). Beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai berdatangan. Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain-lain. Akhirnya beliau berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada Hari Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Bu Emi menghimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke media. Jangan berharap sekali kirim pasti tayang atau dimuat. Namun harus bersabar, terus-menerus mengirim naskah. Lama kelamaan pasti dimuat juga. Bukan karena penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman meulis itu sangat diperlukan. Dengan terus-menerus mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula. Dari proses tersebut kita belajar. Belajar meminimalisir kekesalahan.
Pada tahun 2019 beliau mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku. Karya ini ditulis berdua dengan suami. Semoga dengan lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan beliau dengan suami semakin bahagia. Selanjutnya, di tahun yang sama. Beliau ingin menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan. Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa, yaitu pengalaman selama haji dan umrah. Sedangkan buku tunggal yang ke dua adalah ini, Menulis dan menerbitkan Buku sampai Keliling Nusantara dan Dunia. Alhamdulilah impian ini bisa menjadi nyata. Adapun untuk patungan, seperti biasa saja. Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Patungan Buku Inspiratif. Juga menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang.
Setelah berbagi kisahnya, seperti biasa, para peserta menulis diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan. Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban yang dapat saya rangkum.
Apakah harus menggunakan kata "penulis" atau "saya", dalam menulis sebuah artikel atau kaya yang diatas tadi?
Untuk menulis fiksi biasa digunakan kata saya atau aku. Tapi untuk menulis ilmiah menggunakan kata penulis. Misalkan menulis novel, gunakan kata aku atau saya. Tapi harus konsisten. Sejak awal sampai akhir. Kalau sudah menggunakan aku ya aku. Kalau saya ya saya terus. Sedangkan untuk menulis esai, PTK, karya inovatif, skripsi dll gunakan kata penulis.
Untuk pemilihan tema menulis bagi siswa itu bagaimana mencari ide nya bu?
Saya biasa menggunakan tema pendidikan, keluarga, wisata dll. Tapi kadang juga bebas.
Bagaimana cara memulai atau mengarahkan siswa untuk menulis?
Sebelum pembelajaran anak-anak baca buku. Atau bisa 1 anak baca buku di depan, yang lain mendengarkan. Kemudian semua mebuat ringkasan isi cerita tersebut. Lalu saya tunjuk secara acak beberapa siswa membacakan ringkasannya. Lama-lama anak akan memahami struktur cerita. Baru kita arahkan untuk menulis.
Menulis buku apa yg kira-kira paling mudah atau gampang biar pemula bisa menulis ?
Semua buku mudah ditulis jika sesuai dengan yang kita sukai. Misalkan kita suka baca novel, pasti sangat mudah menulis novel. Kalau kita suka baca karya inovatif, pasti akan mudah menulis karya inovatif.
Bagaimana cara publikasi bahwa sekolah siswanya sudah menulis buku?
Saya unggah di FB dan media sosial lainnya. Di situ pasti banyak yang lihat. Salah satunya pejabat atau wartawan.
Pada akhir sesi Bu Emi memberikan kesimpulan bahwa buku adalah bukti sejarah. Buku merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku. Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri. Semoga buku sederhana ini mengispirasi banyak orang. Nuwun nuwun rahayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar